Jumat, 05 Februari 2010
Ida Iasha
Ida Albertina van Suchtelen van de Haere (lahir di Zwijndrecht, Amsterdam, Belanda, 14 Mei 1963; umur 46 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Ida Iasha (setelah berpindah agama ke Islam ketika menikah pada tahun 1982, ia mengganti namanya menjadi Ida Aisyah[1]) adalah seorang pemeran Indonesia di era 80-an.
Keluarga
Ia menikah dengan Edy Syahputra dan pernah berperan sebagai peran utama di film Kodrat berdampingan dengan aktor dan sutradara senior Slamet Rahardjo. Dari pernikahannya ia memiliki empat anak.
Ida & Lux
Ida pertama kali dikontrak Lux pada 1987, mendampingi Ira Wibowo yang telah lebih dulu jadi icon Lux, Jackie Lou Blanco (filipina) dan Bia Seidl (Brazil). Saat itu banyak bintang Lux dari luar yang cantik dan mungkin tidak dikenal di Indonesia. Tetapi kehadiran mereka tidak cukup membuat kita berpaling dari Ida Iasha. Namanya yang saat itu tergolong baru tidak memudarkan pesonanya. Terbukti Ida bertahan dikontrak Lux sampai 1998. Selama dengan Lux Ida membintangi 11 macam print ad dan beberapa TVC.
Ira Wibowo
R.A. Ira Wibowo Wirjodiprodjo atau yang lebih dikenal dengan nama Ira Wibowo (lahir di Berlin, Jerman, 20 Desember 1967; umur 42 tahun) adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai aktris dan pembawa acara di dunia hiburan tanah air. Ira pernah menjadi pembawa acara di RCTI di acara Sinema-Sinema bersama Mayong Suryolaksono, acara tersebut membahas tentang film-film yang beredar di bioskop-bioskop tanah air.
Kehidupan Pribadi
Ira Wibowo mempunyai seorang suami yang bernama Katon Bagaskara, mereka menikah tanggal 28 Oktober 1996. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai 2 orang anak yang bernama Andhika Radya Bagaskara dan Mario Arya Bagaskara dan seorang anak perempuan dari pernikahan Katon sebelumnya yaitu Chika Putri Bagaskara.
Karir
Artis berdarah Jerman (Ibu) dan Jawa (ayah) ini kembali ke Indonesia pada tahun 1982 setelah belasan tahun berada di luar negri. Ia bekerja sebagai Humas (1991-1993), walau sebenarnya telah main film sejak 1984. Film debutnya, Pencuri Cinta. Kemudian ia ikut Harry "Bo'im" de Fretes mengisi acara komedi TV, Lenong Rumpi.
Penghargaan
Ia mendapat penghargaan berkat permainannya dalam sinetron Mutiara Cinta (1995-1996). Penghargaan dari Festival Film Bandung (FFB) 1988 untuk permainannya di Kasmaran (1987). Namanya diunggulkan sebagai nominasi FFI lewat Kasmaran (1988) dan Malioboro (1989). Kakak kandung Ari Wibowo ini juga menjadi nominator dalam FSI 1994 kategori Peran Pembantu Wanita Terbaik lewat sinetron Aku Mau Hidup.
Kegiatan Sosial
Ira juga aktif dalam kegiatan sosial. Salah satunya adalah bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) yang telah menobatkannya sebagai Duta Kampanye 'Bantu Cegah Kanker serviks', Ira menyebarluaskan informasi mengenai bahaya kanker serviks dan upaya pencegahannya.
Ira & Lux
Ira pertama kali dikontrak Lux pada 1985 setelah Marissa Haque. Seperti Marissa, Ira juga adalah aktris muda berbakat. Itu dibuktikannya dengan meraih berbagai penghargaan serta nominasi FFI. Seperti biasa Lux memakai artis indo sebagai bintangnya, yang tidak biasa Ira belum termasuk bintang yang cukup dewasa seperti bintang Lux yang lain. Saat itu selain Ira, Marissa dan Lydia juga cukup muda saat pertama dikontrak Lux, tetapi Ira adalah yang termuda. Selama di Lux, Ira membintangi 3 print ad. 2 pada 1986 dan 1 pada 1987.
Rini S. Bono
RA Sri Sudarini (lahir 20 Agustus 1956; umur 53 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Rini S. Bono adalah seorang pemeran senior Indonesia. Ia adalah putri dari aktor senior Indonesia, S. Bono dan masih bersaudara dengan pemeran senior Indonesia, Debby Cynthia Dewi.
Kehidupan Pribadi
Perkawinan pertamanya dengan Ahmad Albar, musikus rock senior Indonesia, mempunyai tiga putra: Fauzi Albar vokalis band Jibriel, Fachri Albar yang sekarang menjadi aktor, dan Fadli Albar. Perkawinan keduanya adalah dengan Ricardo Gelael, seorang pengusaha dan dikaruniai seorang anak yaitu Sean Ricardo Gelael, navigator cilik Indonesia.
Rini & Lux
Pertama kali membintangi iklan Lux pada 1985 bersama Minati Atmanagara. Sosoknya yang ayu menarik hati produsen sabun kecantikan ini untuk menjajarkannya dengan bintang-bintang Lux terdahulu seperti Widyawati, Marini, Christine Hakim, Lydia Kandou dan Minati Atmanagara. Berbeda dengan pedahulunya yang lumayan berprestasi dan cukup komersil. Karier Rini dan Minati masih biasa saja, beberapa filmnya belum ada yang cukup sukses saat itu kecuali "Bintang Kejora" yang dibintanginya bersama El Manik. Tetapi tentu Lux punya kriteria tersendiri untuk memilih bintangnya. Mereka berdua mempunyai image yang cukup baik dan dewasa. Kriteria favorit Lux saat itu... Dengan Lux, Rini hanya membintangi satu print ad.
Sebagian dari tulisan diatas diambil dari http://id.wikipedia.org/
Marissa Haque
Marissa Grace Haque
Lahir:
Balikpapan, 15 Oktober 1962
Suami:
Ikang Fawzi
Menikah:
12 April 1987
Pendidikan:
Sarjana Hukum, Universitas Trisakti
Studi Kajian Film dan Televisi Internasional, Ohio University, Amerika Serikat
Prestasi:
Aktris Pembantu terbaik FFI 1985 (Tinggal Landas Buat Kekasih, 1984)
Nominasi Aktris Terbaik FFI 1985 (Serpihan Mutiara Retak, 1985)
Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987 (Matahari Matahari, 1985)
Filmografi:
Kembang Semusim (1980)
Bawalah Aku Pergi
IQ Jongkok (1981)
Hukum Karma (1982)
Tangkuban Perahu (1983)
Kamp Tahanan Wanita (1983)
Merindukan Kasih Sayang (1984)
Asmara Dibalik Pintu (1984)
Gawang Gawat (1984)
Saat-Saat Kau Berbaring Didadaku (1984)
Tinggal Landas Buat Kekasih (1984)
Serpihan Mutiara Retak (1985)
Matahari Matahari (1985)
Sebening Kaca (1985)
Yang Kukuh Yang Runtuh (1985)
Biarkan Bulan Itu (1986)
Dia Bukan Bayiku (1988)
Sepondok Dua cinta (1990)
Yang tercinta (1991)
Sinetron:
Tetanggaku Idolaku (1993)
Salah Asuhan (1993)
Jendela KIta (1994)
Masih Ada Kapal Ke Padang (1995)
Ujang dan Aceng (1995)
Dibawah Purnama Aku Berdoa (1996)
Iklan:
Lux (1985)
Florence Springbed
Vitacimin
Biovision
Sumber:
sufinews.com, indonesiaselebriti.com
Jabatan: Anggota DPR RI 2004-2009
Partai: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP)
Propinsi Asal: Jawa Barat
Distrik: Jabar II
Tempat/tanggal Lahir: Balikpapan, 15 Oktober 1962
Agama: Islam
Nama suami: Ahmad Zulfikar Fawzi
Jumlah anak: 2
Pendidikan Formal S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta; S2 Study Kajian Film dan Televisi Internasional Ohio University Amerika Serikat
Pengalaman Kerja Aktris; Presenter TV, Producer TV, Sutradara; Teaching Assistant di OHIO University; Produser film dan sinetron a.l. (film) Sepondok Dua Cinta (1990), Yang Tercinta (1991), dan (sinetron) Salah Asuhan (1993) Jakarta; Penyuluh, penggerak masyarakat sosial untuk pendidikan wanita, anak;
Pengalaman Organisasi: DPP REI (Real Estate Indonesia)
Penghargaan: Aktris Pembantu Terbaik FFI 1985 (Tinggal Landas Buat Kekasih, 1984); Nominasi Aktris Terbaik FFI 1985 (Serpihan Mutiara Retak, 1985); Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987 (Matahari Matahari, 1985);
Alamat Rumah: Jl WR Supratman No 9 Rt 05/02, Kel. Rengas, Kec. Ciputat, Tangerang, Banten
Dekat dengan Allah
Marissa Haque, yang tidak pernah pergi jauh dari dunia perfilman, kemudian masuk dalam dunia politik. Dia menjadi anggota legislatif PDI-P dari daerah pemilihan Bandung. Sebelumnya selama tiga tahun dia di Amerika me-nempuh kuliah S2 di Jurusan Film dan Televisi Internasional di Universitas Ohio, AS, sembari bermunajat (mendekatkan diri) kepada Allah swt, mengurus suami dan dua orang putrinya yang mulai remaja, dan mengajar.
Marissa Haque lahir di Balikpapan, 15 Oktober 1962. Nama lengkapnya ada-lah Marissa Grace Haque, ayahnya Allen Haque berda-rah Belanda-Perancis dan beragama Katolik, sedangkan ibunya Nike Suharyah binti Cakraningrat berasal dari Sumenep Madura Jawa Timur dan beragama Islam. Sementara kakeknya berasal dari India dan beragama Islam, dan neneknya keturunan Belanda-Perancis beragama Kristen. Menikah dengan Rocker Ikang Fawzi pada 12 April 1987.
Sedari belia, selain seko-lah sebagai kewajiban utama-nya, Icha demikian ia disapa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan menari dan menyanyi dalam sanggar Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarno-putera. Namun rupanya, dunia yang ia selami itu terasa sempit, hingga akhir-nya ia tertarik menjadi model iklan sebuah produk. Sejak saat itulah, wajahnya mulai dikenal oleh banyak orang.
Sutradara M.T. Risyaf kemudian mengajak Marissa main dalam film "Kembang Semusim" (1980). Talentanya yang besar dalam seni peran kemudian membuahkan hasil. Empat tahun kemudi-an, Marissa berhasil meraih Piala Citra sebagai Aktris Pembantu Terbaik di film "Tinggal Landas Buat Kekasih" (1984).
Semenjak itu, bintang Marissa kian bercahaya. Lewat aktingnya dalam film "Matahari Matahari" (1985), ia berhasil meraih penghargaan sebagai Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987. Tak lama kemudian, main bersama suaminya, Ikang Fawzi, dalam film "Biarkan Bulan Itu" (1986), ia dinobatkan sebagai Aktris Terbaik di ajang Festival Film Indonesia.
Tak puas hanya sebagai pemain, ia mulai menjajal kemampuannya sebagai produser. Dari tangan dingin ibu dari dua puteri ini, terlahir film "Sepondok Dua Cinta" (1990) dan "Yang Tercinta" (1991). Semenjak itu, ia mulai tertarik untuk memproduksi sejumlah sine-tron. Salah satu yang berha-sil adalah sinetron "Salah Asuhan" (1993) yang meraih Piala Vidia sebagai mini seri terbaik versi Festival Sinetron Indonesia 1994.
Tidak lama kemudian, Marissa perlahan-lahan mulai mengurangi kegiatannya di dunia perfilman. Ia lebih banyak bermunajat (mendekatkan diri) kepada Allah swt bahkan mengikuti tarekat Naqsabandiyah-Saziliyah.
Puncak kehidupan spiritual Marissa terjadi pada tahun 1993 dan saat itu ia bersama Ikang Fawzi berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebagaimana pengalaman ajaib dan misterius dalam berhaji, Marissa juga membuktikan hal itu. Sepanjang proses ibadah haji tersebut ia merasa ada keagungan Allah swt yang membimbing dirinya dan seluruh jamaah haji yang berjubah serba putih untuk berlomba-lomba menuju pada keagungan-Nya.
Sepulang dari haji Marissa terus berusaha dan mencoba istiqomah beribadah dengan berjilbab dan belajar agama. Dan kerinduannya terhadap keagungan Allah swt dan Rasulullah Saw itu kembali diwujudkan melalui ibadah haji pada tahun 1994. Ia percaya bahwa dengan mengikuti ajaran agama seseorang akan dijamin kehidupannya lebih baik, aman dan tenteram.
Dengan berjilbab dan mentaati ajaran agama, ia selalu merasa lebih dekat kepada Allah swt, lebih aman dan terhindar dari pelecehan seksual maupun diskriminasi gender (perbedaan jenis kelamin). Untuk itu, ia ingin mengabdi kepada agama melalui pendidikan, ilmu seni dan budaya yang ia miliki. Sedangkan dalam kehidupan keluarganya Marissa berharap menjadi keluarga yang sakinah, penuh ramat, setia kepada suami, seperti indahnya keluarga Nabi Muhammad Saw. ► mlp
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Marissa & Lux
Icha terpilih menjadi bintang Lux pada saat puncak kariernya, saat itu tidak ada yang meragukan eksistensinya sebagai aktris, photo model dan peragawati nomor satu. Bahkan seperti artis lain yang sedang naik daun beliau juga mencoba keberuntungan sebagai penyanyi dengan menelurkan satu album Marissa Haque Band bersama Fariz R.M. Balik lagi ke Lux, selama menjadi bintangnya, wajah cantiknya terpampang pada empat print ad yang beredar di majalah pada 1985 / 1987.
Lydia Kandou
Bernama lengkap Lydia Ruth Elizabeth Kandou (lahir di Jakarta, 21 Februari 1963; umur 46 tahun) adalah seorang aktris Indonesia. Tidak kurang sudah 25 tahun, ia hadir menyemarakkan dunia perfilman Indonesia.
Biografi
Ia lahir di Jakarta tetapi punya hubungan darah Manado-Belanda. Kehidupan yang dijalaninya terbilang tidak mulus. Sejak kecil sering sakit-sakitan, tidak boleh terlalu gembira, tidak boleh kaget dan terlalu sedih. Akibatnya, ia selalu dipisahkan oleh ibunya dari kakak-kakaknya dan dilarang bermain dengan saudara-saudara dan teman-temannya. Awalnya, ia sedih dan tak mengerti mengapa ibunya bersikap demikian. Akhirnya dia memahami bahwa apa yang dilakukan ibunya adalah untuk kebaikannya semata.
Akibat terlalu banyak menyendiri, ia tumbuh menjadi gadis pemalu dan tampil sederhana dalam bersikap maupun penampilan. Tawaran menjadi model menjadi terhambat karena sifat yang pemalu tadi. Kariernya bisa diraih setapak demi setapak terlalui atas usaha orang-orang yang sabar membinanya. Ibunya selalu mendukung dan memberikan motivasi kepadanya. Sejak SMP, Lydia sudah mengenal kebiasaan merokok. Selain, suka makan. Untuk menjaga kondisi tubuhnya, ia melakukan kegiatan senam dan berenang. Memasak adalah kegemarannya.
Karir Awal
Bermula sebagai model iklan Sakura Film, ia kemudian bertemu Imam Tantowi dan diajak mendukung film arahan Has Manan, Wanita Segala Zaman, produksi Rapi Film. Lewat film ini namanya melejit di saat usianya belum genap 17 tahun. Permainan aktingnya yang biasa-biasa saja dinilai produser untuk mengontraknya agar bermain film. Lydia Kandou kemudian bermain dalam film Melodi Cinta, Bunga-Bunga SMA, Mahkotaku Hilang, Seindah Rembulan. Ia pun akhirnya bisa menandatangani kontrak untuk empat sampai tujuh film sekaligus.
Pada awal 1980, Gope Samtani dari Rapi Film memberinya peran dalam film Aladin dan Lampu Wasiat (Aladin and His Magic Lamp) yang terkenal itu. Dalam film tersebut, ia bermain bersama Rano Karno. Raam Punjabi dari Parkit Film memberi peran di berbagai film, antara lain; 5 Cewe Jagoan (Five Deadly Angels) dan Perawan Rimba (Jungle Virgin Force). Film-film yang dilakonkan mampu menempatkannya menjadi artis terkenal di Indonesia untuk beberapa masa.
Perkawinan
Pada tahun 1986 Lydia Kandou menikah dengan aktor Jamal Mirdad. Peristiwa ini menjadi begitu kontroversial, karena perbedaan agama. Lydia Kandou yang beragama Kristen dan Jamal Mirdad yang beragama Islam. Perbedaan agama di antara keduanya tidak menghentikan langkah keduanya menuju mahligai pernikahan, walaupun UU Perkawinan 1974 pasal 2 ayat 1 menghalangi mereka untuk bersatu secara sah. Undang-undang tersebut menyatakan : "Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya”. Untuk itu, sebuah perkawinan harus disahkan lebih dulu oleh agama yang bersangkutan sebelum didaftar ke Kantor Catatan Sipil. Konsekuensinya, banyak pasangan berbeda agama tidak dapat mendaftarkan pernikahan mereka di Kantor Catatan Sipil. Karena Undang-undang tersebut, bagi mereka yang akan menikah namun berbeda agama melakukannya secara diam-diam maupun menikah diluar negeri. Namun pasangan Jamal Mirdad dan Lydia Kandou nekad menikah di Indonesia dan memperjuangkan status mereka mati-matian di Pengadilan Negeri. Peristiwa yang terjadi tahun 1986 tersebut begitu menggemparkan. Tentangan dan kecaman dari agamawan dan masyarakat menghantam secara bertubi-tubi pasangan ini. Ketika mereka berdua memang pada saat itu sedang berada dipuncak karir, liputan berbagai media saat itu membuat peristiwa pernikahan beda agama ini semakin heboh. Tetapi setelah melewati perjuangan panjang dan melelahkan dan didasari cinta yang kuat diantara keduanya, akhirnya dengan bantuan pengacara, pernikahan mereka disahkan juga oleh pengadilan pada tahun 1995.
Ibunda Lydia adalah salah seorang menentang habis-habisan pernikahan Lydia yang saat itu berumur 22 tahun dengan Jamal. Karenanya sang ibunda pun pindah dari Jakarta ke Bandung. Lydia tahu bahwa dia menyakiti hati ibunya, maka dua hari sekali Lydia dan Jamal menemui ibunya. Namun dalam kunjungan-kunjungan itu Jamal selalu menunggu di depan rumah. Selama kurang lebih setahun, Jamal rela bolak-balik Jakarta-Bandung dan tidur di mobil, sementara Lydia menginap di rumah sang Ibu. Akhirnya Ibunda Lydia menjadi luluh juga hatinya. Suatu hari, Lydia hendak menginap di rumah Ibundanya, dan tanpa disangka, sang Ibu menyuruh Lydia mengajak Jamal masuk ke dalam rumah. Saat diterima, Jamal pun langsung meminta maaf kepada Ibunda Lydia.
Agama dan orangtua bukan masalah satu-satunya yang dihadapi pasangan Lydia Kandou dan Jamal Mirdad ini. Masalah beda budaya juga merupakan masalah yang harus dihadapi keduanya. Lydia yang berdarah Manado-Belanda dan Jamal yang berdarah Jawa membuat mereka harus melakukan penyesuaian diri terhadap karakter dan latar belakang budaya masing-masing. Namun dengan prinsip perbedaan adalah pelajaran buat mereka yang dianggap berharga dan istimewa dan dengan kesabaran dan menghormati perbedaan, pasangan ini dapat melaluinya dengan baik sampai saat ini.
Keluarga
Dari perkawinan Lydia Kandou dan Jamal Mirdad lahir empat anak. Mereka adalah Hanna Natasya Maria, Kenang Kana, Nasyila, dan Nathana Ghaza. Hanna (Nana) Natasya dan Naysila telah mengikuti jejak karier orang tuanya. Keduanya bermain dalam sinetron produksi SinemArt yang ditayangkan stasiun televisi RCTI berjudul Liontin 2. Tema lagu: Menunggumu digarap Ariel Peterpan dari album Senyawa yang cerita dan skenarionya digarap Poetri Pranarka dan Alexis Leirissa. Film televisi ini disutradarai oleh Noto Bagaskoro.
Lydia & Lux
Banyak orang yang kurang begitu "Ngeh" kalau Lydia Kandou sempat membintangi iklan produk sabun kecantikan ini. Mungkin hanya orang yang hidup pada saat itu dan perhatian pada karir ibu yang masih awet cantik ini pada 1983. Selain itu print ad Lux yang dibintangi Lydia tidak beredar di majalah dan koran Indonesia kecuali versi 8 bintang bersama Widyawati, Marini, Christine Hakim, Sophia Loren, Raquel Welch, Maud Adams dan Michelle Pfeiffer. Selain di iklan tersebut Lydia bersama mereka juga muncul dalam album dan sticker yang khusus di hadiahkan pada konsumen Lux. Photo Lydia diatas adalah photo yang menghiasi iklan dan sticker promo yang dimaksud.
Sebagian diambil dari http://id.wikipedia.org/
Christine Hakim
Christine Natalia Hakim
Profesi :
Aktris & Produser Film.
Lahir :
Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956
Agama :
Islam
Suami :
Edo Eduard Jeroen Lezer .
Ayah :
Hakim Thahar
Jasa:
Berjasa dalam bidang perfilman tingkat nasional maupun internasional, sehingga dapat dijadikan teladan bagi generasi berikutnya.
Karya-Karyanya:
A. Membintangi beberapa film, antara lain:
1. Cinta Pertama
2. Sesuatu yang indah
3. Pengemis dan Tukang Becak
4. Kerikil-Kerikil Tajam
5. Di balik Kelambu
6. Tjoet Nya' Dhien
7. Kawin Lari
8. Daun Di atas Bantal
9. Nemuru Toko (Sleeping Man)
10. Tropic of Emerald
11. Pasir Berbisik.
B. Membintangi Mini Seri:
1. Bukan Perempuan Biasa
2. Tiga Orang Perempuan.
C. Juri Festival Internasional, diantaranya:
1. Tahun 1985 di Shanghai Film Festival.
2. Tahun 1990 Tokyo Film Festival
3. Tahun 1991 Hawaii Film Festival
4. Tahun 1994 Asia Pasific Film Festival di Australia
5. Tahun 1995 Singapore Film Festival dan Asia Pasific Film Festival di Jakarta
6. Tahun 1997 Fukuoka Asian Film Festival, terpilih menjadi Ketua Juri South East
Asian Bicnalle Film Festival di Cambodia.
7. Tahun 1998 Rotterdam International Film Festival
8. Tahun 1999 Pusan International Film Festival
9. Tahun 2002 Festival Film Cannes ke-55 di Perancis.
D. Pembicara Dalam Simposium International, antara lain:
1. Kanagawa Film Festival di Jepang
2. Tahun 1991 Hawaii International Film Festival di Hawaii.
3. Tahun 1994 Women's Film Festival di Kyoto, Jepang.
4. Tahun 2002 Emergencies Discovering The New Generation of Asian Women
Filmmakers di Melbourne International Film Festival.
E. Film yang diproduksi:
1. Daun Di Atas Bantal (1998)
2. Pasir Berbisik (2001)
Tanda Kehormatan
Satyalancana Wira Karya (Keppres No. 006/KT/Th.1999)
Bintang Budaya Parama Dharma
(Keppres No.052/KT/Tahun 2003, Tanggal 12 Agustus 2003)
Penghargaan
� Piala Citra sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik, dalam film Cinta Pertama.
� Tahun 1977, Piala Citra, sebagai Pemeran Wanita Terbaik dalam film Sesuatu Yang Indah.
� Tahun 1979, Piala Citra, sebagai Pemeran Wanita Terbaik dalam film Pengemis dan Tukang Becak.
� Piala Citra, sebagai Pemeran Wanita Terbaik dalam film Kerikil-Kerikil Tajam.
� Piala Citra, sebagai Pemeran Wanita Terbaik dalam film Di balik Kelambu.
� Piala Citra, sebagai Pemeran Wanita Terbaik dalam film Tjoet Nya' Dhien.
� Best Actrees di Asia Pasific International Film Festival
Alamat :
JI. Bendungan Hilir IIII
164 Jakarta Pusat
Mengukir Prestasi Internasional
Aktris dan produser film ini telah mengukir berbagai prestasi internasional. Penampilannya selalu anggun dan tenang. Ia memiliki kecantikan alamiah, nyata dan tidak khayali. Pemeran utama film Cut Nyak Din ini sangat teguh dalam komitmennya pada dunia film dan kebudayaan dalam arti luas. Ia pun menerima tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma --yang sederajat dengan Bintang Jasa Utama Kamis14/8/03.
Nama lengkapnya Christine Natalia Hakim. Nama yang disandangnya sejak kecil. Nama itu mengundang tanya. Bahkan mungkin saja banyak yang salah duga. Sebab ia lahir dalam keluarga muslim, seorang muslimah dan sudah pula menjadi hajjah. Lalu mengapa ia menyandang nama itu? Nama itu tidak bermakna lain, selain karena ia lahir pada 25 Desember 1956. Persis hari Natal yang oleh rekan-rekan kristiani di zaman modern diperingati sebagai hari lahir Jesus Kristus.
Penampilan artis kondang ini selalu anggun dan tenang. Cara berdandannya bisa mengekspresikan keartisannya, modis dan anggun, tapi secara keseluruhan tidak berlebihan. Ia seorang perempuan yang memiliki kecantikan alamiah, nyata dan tidak khayali. Beruntunglah pria yang menjadi suaminya.
Pemeran utama dalam film Cut Nyak Din ini sangat teguh dalam komitmennya pada dunia film dan kebudayaan dalam arti luas. Semangat pahlawan Cut Nyak Din, tampaknya benar-benar terpatri dalam benaknya. Menurut Christine, Cut Nyak Din memiliki nilai gagasan besar dan kuat. Nilai yang berani membuka mata menghadapi musuh dan tradisi yang mempermasalahkan jender dan persolalan hidup lainnya.
Salah duga bisa juga muncul jika orang menoleh masa manis remaja Christine Hakim dengan Broery Marantika. Masa pacaran dan bahkan mereka sempat merekam satu album musik duet. Tapi tidak banyak yang tahu alasan mereka untuk memilih berpisah. Orang hanya menduga-duga, mungkin saja alasan keteguhan mereka menganut agama masing-masing.
Sejak perpisahan dengan Broery, Christine menjadi lebih serius dalam karir filemnya dan memperoleh beberapa Citra. Juga pergi haji lalu menikah. Ia aktris yang sudah mendunia. Aktris dan produser film ini telah mengukir beberapa prestasi internasional. Antara laian bertugas sebagai anggota Dewan Juri Festival Film Internasional Cannes (FFIC) ke-55 di Prancis, 15-26 Mei 2002 lalu.
Di festifal itu, penerima penghargaan Nikkei Asia Prizes bidang kebudayaan dari koran besar Jepang, Nikkei Shimbun, ini duduk sederet dengan juri lain yakni Sharon Stone si Basic Instinct, serta Michele Yeoh, aktris asal Malaysia yang bermain dalam film James Bond Tomorrow Never Dies. Panel juri diketuai sutradara David Lynch.
Ia menyatakan sangat menghargai kehormatan yang diberikan itu. Sebuah kesempatan besar bagi aktris dan sutradara Indonesia dan Asia Tenggara untuk memantapkan posisi. Perempuan kelahiran Kuala Tungkal, Sumatera ini mengaku, kesempatan langka yang datang kepadanya ini, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. "Saya sudah diberi kesempatan. Ini kan peluang buat Indonesia. Mudah-mudahan ini nanti berkelanjutan. Apakah orang lain di situ yang jadi juri atau film kita ikut di situ. Paling tidak, unregard, syukur-syukur bisa kompetisi," kata perempuan pemeran utama film Daun di Atas Bantal ini.
Terpilihnya Christine, pastilah melalui berbagai pertimbangan dan kualifikasi internasional. Track record dan prestasi sebagai juri di festival internasional. Pemberitahuan tentang terpilihnya sebagai anggota juri Festival Film Cannes sangat mendadak. Ia dihubungi pada 9 April dan memutuskannya sehari kemudian (10 April). Waktunya sangat mepet. Sebab, 15 April harus sudah official announce. Mepetnya waktu barangkali untuk menjaga kerahasiaan. Memang, beberapa waktu sebelumnya ia susah dihubungi, saat diundang ke Jepang untuk mendapat penghargaan di bidang kebudayaan, yaitu Nikkei Asia Prizes.
Dalam berbagai kesempatan, terutama kesempatan internasional, ia selalu berusaha melakukan sesuatu yang bermanfaat buat Indonesia. �Kalau seandainya saya present diri saya sendiri, orang juga pasti akan ingin tahu tentang Indonesia. Kan ada kesempatan yang memang harus dimanfaatkan. Artinya, itu kan gathering-nya orang film dunia. Kalau hanya mempresentasikan diri saya tanpa membawa misi lain kan sayang," tandas aktris yang oleh pihak Jepang pernah dibuatkan Pekan Retrospeksi khusus film Christine Hakim di Tokyo pada tahun 1995.
Kegiatan Christine sebagai juri di festifal film Cannes itu dipertontonkan melalui tayangan dokumentasi berdurasi empat menit, pada acara pembukaan Festival Sinema Prancis (FSP) 2002 di Graha Bhakti Budaya (GBB), Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada Kamis (30/5) sore. Dalam tayangan itu ada komentar aktris Hollywood Sharon Stone yang juga menjadi anggota dewan juri FFIC, serta sutradara AS terkemuka David Lynch yang Ketua Dewan Juri di festival yang sama, mengenai sosok Christine
Kemampuan akting Christine Hakim sudah diakui sejak ayunan langkah pertamanya di dunia film. Buktinya, lewat film debutnya, Cinta Pertama, yang dimainkan bersama Slamet Rahardjo Djarot, dia langsung menyabet Piala Citra.
Kini, nama Christine pun mengglobal. Bagaimana komentar dan penilaian rekan-rekannya tentang ketokohan Christine? "The best-nya Christine itu karena dia tak pernah berhenti belajar dan tidak cepat puas," kata Slamet Rahardjo. Itu pula yang membuat sutradara film Marsinah, Cry Justice mengacungkan jempol. �Selain menggali ilmu dari almarhum Teguh Karya, Christine selalu belajar pada apa pun dan siapa pun. Dia juga selalu membuka pikiran, hati, mata, dan perasaannya. Kadang-kadang juga membuka telinganya," tambah Cry Justice.
Sebagai sutradara, Slamet menilai, Christine, bintang film Pasir Berbisik, merupakan pekerja yang baik dan profesional. Dia juga dinilai bisa bekerja sama dengan pemain lainnya meskipun itu seorang junior. Di mata juniornya, Dian Sastrowardoyo, pemeran Berlian dalam film Pasir Berbisik, Christine memiliki arti penting. "Dia sudah seperti ibu bagi Dian. Dian juga sering minta ajarin dia. Dan dia cuma bilang, ya udah, yuk kita sama-sama belajar," ungkap Dian yang juga sukses meraih beberapa penghargaan internasional.
Obsesinya untuk melahirkan film Indonesia bertaraf internasional tidak pernah padam. Peluang untuk itu sesungguhnya terbuka. Kendati di lain pihak harus diakui sangat sulit. Dihadapkan dengan kondisi sehari-hari yang masih cukup memusingkan untuk bisa survive.
Indonesia sudah mulai membuat film sejak 1926. Pasang surut terjadi dan sangat banyak dipengaruhi situasi politik, misalnya waktu Orde Lama dan Orde Baru. Belakangan film Indonesia turun. Beberapa pihak mengatakan itu akibat berdirinya grup 21. Tapi Christine melihat penyebab kuncinya adalah kebijaksanaan Harmoko. Pihak 21 adalah pedagang. Harmoko sebagai menteri seharusnya memberi perlindungan, tapi dia tidak melakukan apa-apa. �Saya kira itu dosa besar Harmoko,� ujar Christine.
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Christine & Lux
Dikontrak Lux pada 1979/1980. Yang unik dari iklan Lux yang dibintangi Christine, selain menonjolkan kecantikannya yang asli Indonesia. Iklan tersebut juga menonjolkan prestasinya sebagai aktris terbaik dengan menyebut bahwa Lux juga pantas mendapat piala karena berjasa merawat kecantikannya... Selama dengan Lux, Christine membintangi 2 print ad, satu seperti diatas dan yang kedua versi 8 bintang Lux bersama Widyawati dll.
Minati Atmanagara
Lahir di Berlin Barat, Jerman, 2 Maret 1959 umur 50 tahun adalah seorang pemain film dan bintang sinetron berkebangsaan Indonesia. Minati merupakan kakak dari aktris Chintami Atmanagara.
Karir
Minati mulai berkarir sejak tahun 1980-an, tercatat telah lebih dari 10 film yang dibintanginya antara lain, "Lebak membara (1983)", Lara jonggrang (1983), "Hati yang perawan" (1984), dan "Apa Arti Cinta" (2005). Selain layar lebar, Minati juga terjun ke akting untuk layar kaca. Sinetron yang dibintanginya antara lain "Matahari Cinta", "Perawan Desa", dan "Cintailah Aku Gadis".
Selain sibuk syuting, Minati juga masih sempat mengurusi 4 studio senam miliknya. Minati memang menggemari senam, bahkan dialah yagn mempopulerkan Senam Body Language. Body Language merupakan gabungan dari beberapa jenis senam yang sudah ada, antara lain senam pembentukan, senam nafas, dasar jazz, dan ballet. Pemilik tinggi 166 cm dan berat badan 58 kg ini juga aktif dalam kampanye Osteoporosis.
Kehidupan Pribadi
Minati menikah dengan Alexander Felder, seorang pengusaha. Pernikahan mereka membuahkan 2 orang anak, Cakra Crisandi Felder dan Cantika Ramona Felder. Kini Cantika mengikuti jejak ibu dan tantenya berkarir di dunia hiburan. Sebagai langkah pertama, Cantika membintangi sebuah video klip.
Minati & Lux
Pertama kali dikontrak Lux pada 1984, Minati yang mulai menanjak karirnya belum begitu dikenal pada saat itu, justru sang adik Chintami Atmanagara yang lebih dikenal, mungkin karena sang adik berkarier di dua bidang sekaligus dan dua-duanya lumayan berhasil. Tetapi nama Minati tidak bisa di abaikan begitu saja, terbukti sosoknya yang cantik dan dewasa lebih menarik perhatian Lux.
Sebagian dari tulisan diatas diambil dari http://id.wikipedia.org/
Kamis, 04 Februari 2010
Marini
Kanjeng Raden Ayu Soemarini Soerjosoemarno, sekarang dikenal sebagai Marini Burhan Abdullah (lahir di Malang, 2 November 1947; umur 62 tahun) adalah seorang penyanyi yang telah tampil di panggung dan layar TV sejak tahun 1960-an dan telah merekam puluhan album, baik yang direkam di Indonesia maupun di luar negeri yang direkam di Polydor, Philips, EMI di Singapura, Tokyo, dan Kualalumpur.
Karir
Marini dan Sandra Sanger merupakan penyanyi andalan The Steps ditahun 1970-an, mereka lebih dari 8 tahun melanglang kota-kota besar Asia, Singapore, Kuala Lumpur, Tokyo dan Hongkong. Marini sebagai pemeran wanita (film) Indonesia yang terkenal pada film-film era 1975-an, pernah terpilih sebagai The Best Actress (Pemeran Wanita Terbaik) pada Festival Fim Asia (FFA Awards) di Seoul, Korea. Sampai saat ini Marini masih sering tampil menyanyi bersama Band The Steps. Bulan Agustus 2008 Marini & The Steps melakukan Konser di Sultan Hotel (dahulu Hilton Hotel) Jakarta. Juga sampai saat ini Marini masih aktif tampil sebagai pemeran film sinetron terutama yang bertemakan religi dilayar kaca, dan tampil lagi dilayar lebar pada film Ayat-Ayat Cinta yang mencapai rekor jumlah sementara tertinggi di Indonesia, ditonton lebih dari 3,9 juta penonton.
Kehidupan Pribadi
Marini adalah anak ke-dua dari pasangan Soetarjo Soerjosoemarno (Mayjen TNI/Alm.), keluarga kesultanan Keraton Mangkunegaran Solo, dan Dolly Zegerius, gadis Belanda keturunan Yahudi yang dinikahi pada tahun 1943 saat Soetarjo studi di Technische Universiteit Delft, Nederland.
Salah satu adik kandungnya adalah Japto Soerjosoemarno yang sampai kini menjabat sebagai Ketua Umum Pemuda Pancasila dan juga Ketua Umum Partai Patriot (dahulu Partai Patriot Pancasila). Dari perkawinannya terdahulu Marini memperoleh dua putra dan seorang putri yaitu Parama Pandu Suwastomo (pernah menjadi Ass Director Robert Wilson menampilkan sebuah Theater Cerita Sastra Sulawesi Selatan "I Laga Ligo",keliling dunia yaitu: Singapore, Belanda, Perancis,Spanyol, Amerika dan Australia); Puteri kedua, Shelomita Sulistiany(lahir 26 Nov.1974)seorang penyanyi Indonesia menikah dengan Arya Fajar Faizal Diah (lahir 12 Des.1974)dikaruniai empat orang anak :
- Arya Fattah Mohammad Diah (18/08/2001)
- Shanata Sakinah (15/06/2003)
- Shakira Shakviya Efrona Diah (01/09/2005)
- Shaffanah Racitra Shalmiya.
Putera ketiga, Reuben Elishama (18/09/1978), seorang aktor pemeran film & Sinetron Indonesia juga penyanyi group band CHANNEL, dari perkawinannya yang pertama memperoleh seorang putri bernama Taj Belleza Izdihar Elishama.
Setelah menikah dengan Burhan Abdullah, namanya dikenal sebagi Marini Burhan Abdullah. Mereka berdua sekarang lebih banyak menyalurkan kegiatannya di bidang pendidikan dan sosial, diantaranya Sekolah Taman kanak-Kanak bagi anak-anak yg orang tuanya tidak mampu dan TPA & Panti Asuhan. Marini bersama beberapa artis pemeran dan penyanyi senior Nenny Triana, Diah Iskandar, Jelly Tobing, Eddy Susilo, Neneng Salmiah SH, Dodot,SH,Dian Pisesha, Merry dan masih banyak lagi, telah membentuk organisasi Solidaritas Artis Indonesia (STARINA). Organisasi STARINA merupakan wadah kerjasama dan kegiatan sosial bagi Artis pemeran dan penyanyi Indonesia yang telah memasuki lansia.
Sejak 2004, Marini telah ikut aktif dibidang politik sebagai fungsionaris dan Caleg Partai Patriot Pancasila (sekarang Partai Patriot). Marini juga disamping aktif sebagai Srikandi Pemuda Pancasila, kini bersama beberapa teman-teman, mendirikan Japto Soerjosoemarno Center (JSC), sebagai lembaga kajian Kebangkitan Semangat Kebangsaan dalam mempertahankan UUD 1945, Pancasila dan NKRI.
Marini dan LUX
Image ibu yang masih awet cantik ini lumayan melekat pada Lux, sejak membintangi iklan Lux pada awal 80an wajah ayunya sudah dua kali menghias iklan Lux yang terbit dalam 4 versi. Beliau juga termasuk salah satu bintang Lux Indonesia yang sempat membintangi iklan versi TVC. Sebab setelah itu TVRI yang satu-satunya stasiun TV di indonesia dilarang untuk menayangkan iklan.
Diambil dari http://id.wikipedia.org/
Widyawati
Beliau dikontrak sebagai bintang iklan Lux sejak 1976, sebagai salah satu bintang yang lumayan lama membintangi iklan sabun kecantikan ini. Image ibu yang masih awet cantik ini masih melekat pada Lux, sulit sekali mengingatnya tanpa embel-embel Lux.
Dunia film tak hanya membesarkan namanya, seperti dengan diraihnya Piala Citra 1987 untuk kategori Aktris Terbaik dalam film Arini, Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. Dunia film juga yang mempertemukan Widyawati dengan sang suami, aktor dan sutradara yang tidak asing lagi namanya, Sophan Sophiaan. Widyawati-Sophan menikah pada tanggal 9 Juli 1972, di Masjid Al-Azhar.
Bermain film sejak usia belasan tahun, hingga sekarang, Widyawati masih menunjukkan eksistensinya. Pada tahun 2008, Widyawati bersama suaminya, Sophan Sophiaan akan membintangi film berjudul Love, sebuah film yang mengangkat tema cinta dari berbagai karakter dengan beragam latar belakang.
Selain sebagai aktris, beliau ternyata juga salah satu penyanyi handal, bahkan ternyata karirnya dimulai dari bidang tarik suara bersama kedua saudarinya dalam Trio Visca. Saat ini sudah beberapa album yang telah dihasilkanya termasuk "Saat Aku Sendiri" Cipt. Pance pada 1985 dan "Nostagi Widyawati" yang merilis kembali lagu-lagu lama termasuk Kemuning Cipt. A. Riyanto pada awal 2000...
Diambil dari http://id.wikipedia.org/Rima Melati
Marjolien Tambajong atau Lientje Tambajong atau lebih dikenal dengan nama Rima Melati (lahir di Tondano, Sulawesi Utara, 22 Agustus 1939; umur 70 tahun) adalah seorang aktris senior, penyanyi, sutradara dan juga mantan peragawati Indonesia. Ibunya Non Kawilarang adalah seorang perancang dan perintis dunia mode Indonesia. Suaminya yang sekarang adalah suami kedua yaitu Frans Tumbuan, salah satu aktor senior Indonesia dan mereka menikah pada tanggal 23 Desember 1973.
Ketika di bangku SD Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Rima pernah satu kelas dengan mantan Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid.[1]
Selain itu ia pernah menjadi personel grup penyanyi wanita terkemuka di Indonesia pada tahun 1960-an, Baby Dolls, yang terdiri atas Rima Melati, Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak.
Rima pernah meraih Piala Citra juga pada Festival Film Indonesia tahun 1973 dalam kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Intan Berduri bersama Benyamin Sueb yang memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film yang sama. Pada kesempatan lain Rima pernah juga dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik di beberapa Festival Film Indonesia yaitu dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta, (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989). Selain itu Pada ajang Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima Melati meraih penghargaan Aktris Pemeran Pembantu Terbaik dalam film Ungu Violet.
Saat ini Rima masih aktif juga sebagai aktris sinetron. Beberapa diantaranya adalah Wulan - RCTI, Kabut Sutera Ungu - Indosiar, Nyonya Nyonya Sosialita/Laba-Laba Cinta - Indosiar dan Candy - RCTI. Selain itu Rima juga dikenal sebagai sutradara televisi yang salah satu karyanya adalah Api Cinta Antonio Blanco.
Ihwal nama Rima Melati adalah pemberian Bung Karno. Sekitar awal 1960-an Bung Karno suka mengganti nama orang yang dikenalnya, yang dirasa kebarat-baratan. Nama asli Rima, Marjolien Tambajong, dengan panggilan Lientje, memang pernah dikatakan kebarat-baratan oleh Bung Karno.
Pada saat itu Marjolien yang sedang mengandung anak kedua, ingin memberi nama Rima kepada si anak jika perempuan. Ia diilhami tokoh Rima the Bad Girl dalam film Green Mansions (1959) yang diperani Audrey Hepburn. Sayang, janin itu meninggal sebelum dilahirkan. Lientje yang terpukul, menceritakan peristiwa itu kepada Bung Karno, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk mengambil alih nama Rima, dikombinasi dengan "Melati".
Rima Melati, yang kini aktif di Yayasan Indonesia Tanpa Tembakau (YITT), pernah mendapat penghargaan dari WHO berupa 'Award No Tobaco Day' karena usahanya dalam kampanye antirokok. Menurut Kepala Perwakilan WHO di Indonesia, George Petterson, Rima terpilih sebagai satu-satunya orang Indonesia dari 10 warga dunia yang pada tahun 2006 mendapat piala penghargaan dari WHO. Rima Melati mulai merokok pada umur 16 tahun karena pengaruh lingkungan dan tontonan. Rima berhenti merokok pada 1989 setelah kerak tar dan nikotin dalam tubuhnya menimbulkan kanker pada usus dan payudara.
Diambil dari http://id.wikipedia.org/
Ket: Gambar diatas bukan iklan Lux yang sesungguhnya dan hanya rekayasa. Iklan tersebut diambil dan diedit dari iklan parfum dari Viva.
Rabu, 03 Februari 2010
Lux By Me
Sebetulnya ga ada niat apa2, aku buat iklan2 ini karena ingin lihat iklan yang lain dari iklan yang sudah ada dan karena susah dapat iklan dari beberapa bintang internasional seperti Shu Qi, Brigitte Bardot dll.